Integritas Muslim Dalam Urusan Utang: Prinsip, Adab, Dan Tanggung Jawab

49 menit yang lalu
11
5 menit baca
Integritas Muslim Dalam Urusan Utang: Prinsip, Adab, Dan Tanggung Jawab

Khotbah Pertama

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

قَالَ اللّه تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)

(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا)

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا)

أَمَّا بَعْد.. فإَِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ.

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,

Marilah kita panjatkan segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Zat yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan nikmat-Nya yang tak terhingga kepada kita semua. Allah telah menjamin bahwa setiap rasa syukur yang kita panjatkan, manfaatnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebagaimana firman-Nya:

وَمَن يَشكُر فَإِنَّمَا يَشكُرُ لِنَفْسِهِ

"Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri." (QS. Luqman: 12)

Dari mimbar ini, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri secara khusus dan kepada jemaah secara umum, agar senantiasa bertakwa kepada Allah di mana saja berada. Semoga selawat dan salam tercurahkan kepada manusia terbaik, Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, seluruh keluarga, para sahabat, dan seluruh orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat.

Hadirin Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Islam adalah agama yang memudahkan umatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Di antara bentuk kemudahan itu adalah diperbolehkannya seseorang berutang jika memang terpaksa dan mendesak. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berutang untuk memenuhi kebutuhan beliau.

Diriwayatkan dalam hadis sahih:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: اشْتَرَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم طَعَامًا مِنْ يَهُودِيٍّ إِلَى أَجَلٍ وَرَهَنَهُ دِرْعًا لَهُ.

"Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membeli makanan dari seorang Yahudi dengan pembayaran tempo, dan beliau menggadaikan baju besinya kepadanya." (HR. Al-Bukhari no. 2251 dan Muslim no. 1603)

Namun, utang bukanlah urusan yang sepele. Hampir saja Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam enggan menyalatkan jenazah yang masih memiliki tanggungan utang. Dalam hadis sahih riwayat Muslim disebutkan:

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: تُوُفِّيَ رَجُلٌ فَدُعِيَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيُصَلِّيَ عَلَيْهِ، فَقَالَ: هَلْ عَلَيْهِ دَيْنٌ؟ قَالُوا: نَعَمْ دِينَارَانِ، فَتَرَكَ الصَّلَاةَ عَلَيْهِ وَقَالَ: صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ. قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: هُمَا عَلَيَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: Ada seorang laki-laki meninggal dunia, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dipanggil untuk menyalatkannya. Beliau bertanya: ‘Apakah dia punya utang?’ Mereka menjawab: ‘Ya, dua dinar.’ Maka beliau pun meninggalkan salatnya (tidak mau menyalatkan) seraya bersabda: ‘Salatkanlah sahabat kalian ini.’ Maka Abu Qatadah berkata: ‘Kedua dinar itu menjadi tanggunganku, wahai Rasulullah.’ Lalu beliau pun menyalatkannya. (HR. Muslim no. 1619)

Saking besarnya permasalahan utang, ayat Al-Qur'an yang terpanjang adalah Ayat Dain, yakni ayat tentang utang piutang (QS. Al-Baqarah: 282–283).


6 Adab Utang Piutang dalam Islam

Walaupun Islam membolehkan berutang, Islam juga mengajarkan adab-adabnya agar tidak menimbulkan mudarat. Berikut adalah 6 etika utang piutang yang seyogianya dipenuhi:

1. Berniat Membayar dan Melunasi

Seorang yang berutang wajib menanamkan tekad kuat untuk membayar dan melunasi. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَخَذَهَا يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ.

"Barang siapa mengambil harta orang lain dengan niat akan membayarnya, maka Allah akan membantu melunasinya. Dan barang siapa mengambilnya dengan niat ingin merusaknya (tidak membayar), maka Allah akan membinasakannya." (HR. Al-Bukhari no. 2387)

Sebelum berutang, tanyakan pada diri: Mampukah saya melunasi? Kalau ragu, jangan memaksakan diri.

2. Tidak Memaksa Pemberi Pinjaman

Hendaknya peminjam tidak memaksa orang lain untuk meminjamkan uang, apalagi dengan bujuk rayu berlebihan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِلَّا مِنْ طِيبِ نَفْسٍ مِّنه

"...kecuali jika kalian (pemberi utang) rela dengan lapang dada..." (HR. Ahmad no. 21082)

Pinjaman yang diberikan dengan kerelaan hati akan membawa keberkahan bagi kedua belah pihak.

3. Menentukan Tempo yang Jelas

Menentukan tempo penting agar tidak timbul perselisihan. Allah mengisyaratkan dalam ayat-Nya:

إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوهُ

"Apabila kamu berutang untuk waktu yang ditentukan, maka tulislah..." (QS. Al-Baqarah: 282)

Utang harus punya batas waktu pelunasan yang jelas. Jika sudah jatuh tempo dan sudah mampu untuk melunasi tetapi tidak dibayarkan, maka itu suatu bentuk kezaliman. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَطْلُ الْغَنِي ظُلْمٌ

"Menunda-nunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman." (HR. Al-Bukhari no. 2287 dan Muslim no. 1564)

4. Menulis Akad

Allah berfirman:

فَاكْتُبُوهُ

"...maka tulislah..." (QS. Al-Baqarah: 282)

Penulisan akad adalah bentuk kejelasan dan kehati-hatian dalam muamalah. Penulisan akad utang piutang menghindari terjadinya perselisihan. Sebagaimana ungkapan dalam bahasa Arab:

الإِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَأِ وَالنِّسْيَانِ

"Manusia adalah tempatnya salah dan lupa."

Adanya bukti hitam di atas putih akan sulit untuk dielak.

5. Menghadirkan Saksi

Dalam ayat yang sama disebutkan:

وَاسْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ مِنْ رِجَالِكُمْ

"...Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli..." (QS. Al-Baqarah: 282)

Saksi akan menguatkan hak dan kewajiban kedua belah pihak. Saksi dalam akad utang piutang atau jual beli secara umum adalah 2 orang laki-laki; jika tidak ada, maka 1 laki-laki dan 2 perempuan.

6. Menyerahkan Barang Jaminan

Jika tidak ada penulis atau saksi, maka diperbolehkan mengambil jaminan:

وَإِن كُنتُمْ عَلَىٰ سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهٰنٌ مَّقْبُوضَةٌ

"...Dan jika kamu dalam perjalanan lalu tidak mendapat penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang..." (QS. Al-Baqarah: 283)

Besaran jaminan bisa lebih kecil, setara, atau lebih besar dari nominal utang. Sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berutang kepada Yahudi dan memberi barang jaminan berupa baju perang.

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,

Utang memang mubah dalam Islam, tetapi harus disertai niat baik, kejelasan, dan akhlak yang mulia. Semoga Allah menjaga kita dari lilitan utang yang memberatkan, dan memberi rezeki yang cukup agar kita terhindar dari bergantung kepada orang lain.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ.


Khotbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ:

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,

Di zaman ini, permasalahan utang seringkali menimbulkan perpecahan, permusuhan, bahkan hingga menghalangi seseorang dari surga. Oleh karena itu, mari kita perhatikan etika ini dengan sungguh-sungguh, baik sebagai pemberi pinjaman maupun sebagai peminjam.

  • Bagi Peminjam: Segera lunasi utang saat mampu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Penundaan (pembayaran) utang oleh orang yang mampu adalah kezaliman."
  • Bagi Pemberi Pinjaman: Berilah kemudahan. Jika peminjam kesulitan, beri tangguh hingga ia mampu, atau jadikan utang itu sebagai sedekah. Allah Ta'ala berfirman:

وَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَن تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 280)

Semoga Allah Ta'ala menganugerahkan taufik-Nya kepada kita, menjadikan kita ringan dalam melaksanakan muamalah yang benar, sehingga keimanan kita diakui, dosa kita diampuni, urusan kita dipermudah, dan kita semua meraih kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat. Amin ya Rabbal 'alamin.


🤲 Doa

أَلَا وَصَلُّوْا عِبَادَ اللهِ عَلَى خَيْرِ الصَادِقِينَ، وَإِمَامِ الْحُنَفَاءِ الْمُخْلِصِينَ، كَمَا أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ بِقَوْلِهِ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّم عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ: أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٌّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.

اللَّهُمَ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهُ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.


✍️ Penulis:

Fachri Muhammad Thoyyib, B.A., M.Pd.
(Alumni LIPIA Jakarta | Sekretaris Yayasan Al Madinah Surakarta)

Download PDF